Thursday, October 10, 2013

Posted by Unknown |


Pulau Buru adalah nama sebuah pulau di wilayah kepulauan Provinsi Maluku yang sangat terkenal, baik di tingkat nasional maupn internasional. Suasana alam Buru yang merupakan gabungan tanah perbukitan dengan lekuk-lekuk teluk, keluasan pantai-pantainya yang bersih, dan sejauh mata memandang, terlihat bentangan pohon-pohon kayu putih, nampak begitu indah. Pemandangan ini mampu melambungkan  imajinasi pada satu tempat di dunia dengan keindahan yang tiada tara.

Pada waktu sebelum perang, seorang sastrawan wanita dari Belanda, Beb Vuyk, yang pernah tinggal d Buru bersama suaminya, menulis roman Rumah Terakhir di Dunia dan Kayu dari Bara. Buru telah membuat sastrawan itu menggapnya sebagai rumahnya yang terakhir. Baginya, seperti tak ada tempat di dunia ini yang keindahanya mampu menandingi Buru. Sebuah rumah bukan hanya sebuah tempat untuk bermukim. Tapi, sebuah tempat merasakan kenyamanan dan melambungkan impian. Jika Buru telah menjadi pilihan sebagai rumah terakhir, dan tidak perlu lagi berpindah tempat tinggal, berarti Buru telah mempu memberikan kenyamanan lahir-batin, dan itu juga berarti tempat untuk mengaktual;isasi diri. Maka, kalau begitu, rumah terakhir yang bernama Buru, telah menjadi semacam surga bagi penghuninya itu.

Pulau Buru memang tidak se-terkenal Pulau Bali, yang sejak lama telah menjadi primadona daerah tujuan wisata. Tapi, Indonesia bukan hanya Jawa dan Bali. Indonesia adalah untaian zamrud khatulistiwa, yang berupa wilayah kepulauan yang luas, membentang dari Barat sampai ke Timur, dari Aceh sampai Papua. Di antara pulau-pulau besar-kecil di Indonesia yang berjumlah 17.000 itu, ada juga Pulau Buru, sebuah pulau di antara banyak pulau di kepulauan Maluku. Keindahan Pulau Buru justru terletak pada suasananya yang masih alami.

Jumlah penduduknya yang tidak sepadat Jawa atau Bali, membuat tempat-tempat yang berpotensi wisata di Buru mampu memberikan ruang sensasi kesunyian tersendiri. Dengan begitu, Buru cocok sebagai tempat berlibur sekaligus tempat refleksi diri, untuk mengagumi betapa alam ciptaan Tuhan di pulau ini begitu indah. Jika anda pernah mengunjungi Pulau Buru, niscaya akan merasakan semuanya itu.

Kelebihan Pulau Buru dibanding pulau-plau lainnya di Indonesia,  bahwa pulau ini memeliki aspek dominan dari sisi sejarahnya. Di Desa Kayeli, yang bisa ditempuh dengan speedboat dalam perjalanan laut sekitar setengah jam dari Kota Namlea, terdapat benteng VOC yang di bangun pada tahun 1718. Benteng peninggalan masa kolonialisme Belanda itu sampai kini tampak masih utuh, meski banyak ditumbui semak-semak liar.


Sisi sejarah lainya di Buru adalah dipakainya pulau ini sebagai kamp tapol PKI terbesar sepanjang pemerintah Orde Baru. Sekitar 12.000 tapol dibawa ke Pusat Resettlement Buru, diisolasi dari pergaulan masyarakat luar, ditempatkan di barak-barak dalam pengawasan ketat aparat militer. Di tanah Buru, mereka bekerja keras mengolah tanah bekas hutan menjadi areal pertanian dengan peralatan seadanya. Tanah bekas kamp tapol PKI yang oleh pemerin tah saat itu dinamakan Inrehab (Instalasi Rehabilitasi) Br, kini menjadi wilayah transmigrasi, yang diwarni kawasan persawahan yang subur. Bahkan, kini disebut sebagai lumbung pangan di wilayah Provinsi Maluku.


Zaman telah berubah. Begitu juga wilayah kamp tapol itu pun berubah, dan dalam perencanaan Pemerintah Kabupaten Buru, wilayah itu telah dijadikan salah satu tempat tujuan wisata. Perjalan ke sana melewati daerah perbukitan, terlihat pemandangan Teluk Kayeli yang indah dari atas, dan para pengunjung akan menjumpai kawasan persawahan yang menghijau subur.

Tapi, datang berkunjung  ke  ‘Unit ‘ (sebutan populer untuk wilayah bekas kamp tapol itu). Ingatan kolektif orang masih tidak bisa dilepaskan dari keberadaan kamp tapol itu dahulu. Sehingga kebanyakan orang luar Buru yang berkunjung k sana umumnya ingin menapak tilas – kalau ada jejak-jejak, artefak-artefak atau tanda-tanda dari sebuah tempat isolasi tahanan. Bahkan , ada yang datang ke sana hanya intuk mencari bekas barak yang pernah dihuni sastrawan Pramoedya Ananta Toer, yang semasmasih ditahan di Buru telah menghasilkan karya-karya yang monumental.

Dengan begitu, sebenarnya Pulau Buru sebagai kamp tapol terbesar dan bersejarah di negeri ini, telah menjadi ikon kemanusiaan tersendiri, dan punya peluang pasar untuk dijadikan tempat wisata minat khusus. Yakni untuk para wiasatawan yang ingin mengunjungi jejak-jejak masa lalu dari sejarah kelam perjalanan bangsa Indonesia, demi untuk pembelajaran ke depan.




0 comments:

Post a Comment