Pulau Buru adalah nama
sebuah pulau di wilayah kepulauan Provinsi Maluku yang sangat terkenal, baik di
tingkat nasional maupn internasional. Suasana alam Buru yang merupakan gabungan
tanah perbukitan dengan lekuk-lekuk teluk, keluasan pantai-pantainya yang
bersih, dan sejauh mata memandang, terlihat bentangan pohon-pohon kayu putih,
nampak begitu indah. Pemandangan ini mampu melambungkan imajinasi pada satu tempat di dunia dengan
keindahan yang tiada tara.
Pada waktu sebelum perang,
seorang sastrawan wanita dari Belanda, Beb Vuyk, yang pernah tinggal d Buru
bersama suaminya, menulis roman Rumah Terakhir di Dunia dan Kayu dari Bara.
Buru telah membuat sastrawan itu menggapnya sebagai rumahnya yang terakhir.
Baginya, seperti tak ada tempat di dunia ini yang keindahanya mampu menandingi
Buru. Sebuah rumah bukan hanya sebuah tempat untuk bermukim. Tapi, sebuah
tempat merasakan kenyamanan dan melambungkan impian. Jika Buru telah menjadi
pilihan sebagai rumah terakhir, dan tidak perlu lagi berpindah tempat tinggal,
berarti Buru telah mempu memberikan kenyamanan lahir-batin, dan itu juga
berarti tempat untuk mengaktual;isasi diri. Maka, kalau begitu, rumah terakhir
yang bernama Buru, telah menjadi semacam surga bagi penghuninya itu.
Pulau Buru memang tidak se-terkenal
Pulau Bali, yang sejak lama telah menjadi primadona daerah tujuan wisata. Tapi,
Indonesia bukan hanya Jawa dan Bali. Indonesia adalah untaian zamrud
khatulistiwa, yang berupa wilayah kepulauan yang luas, membentang dari Barat
sampai ke Timur, dari Aceh sampai Papua. Di antara pulau-pulau besar-kecil di
Indonesia yang berjumlah 17.000 itu, ada juga Pulau Buru, sebuah pulau di
antara banyak pulau di kepulauan Maluku. Keindahan Pulau Buru justru terletak
pada suasananya yang masih alami.
Jumlah penduduknya yang
tidak sepadat Jawa atau Bali, membuat tempat-tempat yang berpotensi wisata di
Buru mampu memberikan ruang sensasi kesunyian tersendiri. Dengan begitu, Buru
cocok sebagai tempat berlibur sekaligus tempat refleksi diri, untuk mengagumi
betapa alam ciptaan Tuhan di pulau ini begitu indah. Jika anda pernah
mengunjungi Pulau Buru, niscaya akan merasakan semuanya itu.
Kelebihan Pulau Buru
dibanding pulau-plau lainnya di Indonesia,
bahwa pulau ini memeliki aspek dominan dari sisi sejarahnya. Di Desa
Kayeli, yang bisa ditempuh dengan speedboat dalam perjalanan laut sekitar
setengah jam dari Kota Namlea, terdapat benteng VOC yang di bangun pada tahun
1718. Benteng peninggalan masa kolonialisme Belanda itu sampai kini tampak
masih utuh, meski banyak ditumbui semak-semak liar.
Sisi sejarah lainya di
Buru adalah dipakainya pulau ini sebagai kamp tapol PKI terbesar sepanjang
pemerintah Orde Baru. Sekitar 12.000 tapol dibawa ke Pusat Resettlement Buru,
diisolasi dari pergaulan masyarakat luar, ditempatkan di barak-barak dalam
pengawasan ketat aparat militer. Di tanah Buru, mereka bekerja keras mengolah
tanah bekas hutan menjadi areal pertanian dengan peralatan seadanya. Tanah
bekas kamp tapol PKI yang oleh pemerin tah saat itu dinamakan Inrehab
(Instalasi Rehabilitasi) Br, kini menjadi wilayah transmigrasi, yang diwarni
kawasan persawahan yang subur. Bahkan, kini disebut sebagai lumbung pangan di
wilayah Provinsi Maluku.
Zaman telah berubah.
Begitu juga wilayah kamp tapol itu pun berubah, dan dalam perencanaan
Pemerintah Kabupaten Buru, wilayah itu telah dijadikan salah satu tempat tujuan
wisata. Perjalan ke sana melewati daerah perbukitan, terlihat pemandangan Teluk
Kayeli yang indah dari atas, dan para pengunjung akan menjumpai kawasan persawahan
yang menghijau subur.
Tapi, datang
berkunjung ke ‘Unit ‘ (sebutan populer untuk wilayah bekas
kamp tapol itu). Ingatan kolektif orang masih tidak bisa dilepaskan dari
keberadaan kamp tapol itu dahulu. Sehingga kebanyakan orang luar Buru yang berkunjung
k sana umumnya ingin menapak tilas – kalau ada jejak-jejak, artefak-artefak
atau tanda-tanda dari sebuah tempat isolasi tahanan. Bahkan , ada yang datang
ke sana hanya intuk mencari bekas barak yang pernah dihuni sastrawan Pramoedya
Ananta Toer, yang semasmasih ditahan di Buru telah menghasilkan karya-karya
yang monumental.
Dengan begitu, sebenarnya
Pulau Buru sebagai kamp tapol terbesar dan bersejarah di negeri ini, telah
menjadi ikon kemanusiaan tersendiri, dan punya peluang pasar untuk dijadikan
tempat wisata minat khusus. Yakni untuk para wiasatawan yang ingin mengunjungi
jejak-jejak masa lalu dari sejarah kelam perjalanan bangsa Indonesia, demi
untuk pembelajaran ke depan.
0 comments:
Post a Comment